Keutamaan i'tikaf
KEUTAMAAN I’TIKAF
Dalam beberapa hadits, Rosulullah SAW juga menerangkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyambut malam mulia ini. Ada beberapa hal yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada malam ini.
1. Beri’tikaf
Rasulullah SAW menghabiskan sepuluh malam terakhir di masjid. Rumah Rasulullah SAW menempel dengan masjid. Pintu rumahnya langsung menempel ke masjid hingga saat beri’tikaf ia menyisir rambutnya hanya dengan membuka tirai antara rumah dan masjid. Ini dilakukan karena ia tidak ingin beranjak sedikit pun dari masjid saat beri’tikaf. Istri Rasulullah SAW, Aisyajh RA menuturkan, Rasulullah SAW beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu (HR. Bukhari).
1. Beri’tikaf
Rasulullah SAW menghabiskan sepuluh malam terakhir di masjid. Rumah Rasulullah SAW menempel dengan masjid. Pintu rumahnya langsung menempel ke masjid hingga saat beri’tikaf ia menyisir rambutnya hanya dengan membuka tirai antara rumah dan masjid. Ini dilakukan karena ia tidak ingin beranjak sedikit pun dari masjid saat beri’tikaf. Istri Rasulullah SAW, Aisyajh RA menuturkan, Rasulullah SAW beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu (HR. Bukhari).
2. Meningkatkan kesungguhan dalam beribadah
Aisyah menceritakan, “Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya” (HR. Muslim).
Hal dasar yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan ibadah pada lailatul qodr adalah meningkatkan kesungguhan. Biasanya pada akhir Ramadhan, masyarakat sibuk dengan mudik dan persiapan menghadapi Idul Fitri. Berbelanja, membuat kue-kue lebaran, mempersiapkan tiket mudik, dan kegiatan lainnya terkadang menjadi prioritas pada hari-hari terakhir Ramadhan. Kelelahan menyiapkan hal-hal remeh-temeh kadang membuat kita tidak sempat meramaikan malam-malam di akhir Ramadhan dengan optimal. Oleh sebab itu, kesungguhan menjadi hal utama. Kegiatan yang berkaitan dengan mudik dan perayaan Idul Fitri dapat dilaksanakan pada awal atau pertengahan Ramadhan.
3. Memperbanyak shalat malam/ tahajud
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni,” (HR. Bukhari).
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni,” (HR. Bukhari).
Setelah melaksanakan shaum selama dua puluh hari tentu tubuh kita telah terbiasa. Makan dan minum pun sudah tentu tidak perlu berlebihan agar rasa kantuk tidak serta merta datang. Pada sepuluh malam terakhir, qiyamu lail atau tarawih lebih utama dilaksanakan pada sepertiga malam atau pukul 3 dini hari.
4. Memperbanyak Istighfar
Selain sebagai waktu yang tepat untuk berdoa kepada Allah, lailatul qodr juga merupakan saat tepat untuk memohon ampunan kepada-Nya. Setelah Ramadhan biasanya kita menemui Idul Fitri, sebuah hari raya yang merupakan simbol kembali pada kondisi bersih dan suci. Tentu kondisi suci ini harus diupayakan selama Ramadhan berlangsung. Salah satu penyuciannya dilaksanakan pada sepuluh malam terakhir.
Selain sebagai waktu yang tepat untuk berdoa kepada Allah, lailatul qodr juga merupakan saat tepat untuk memohon ampunan kepada-Nya. Setelah Ramadhan biasanya kita menemui Idul Fitri, sebuah hari raya yang merupakan simbol kembali pada kondisi bersih dan suci. Tentu kondisi suci ini harus diupayakan selama Ramadhan berlangsung. Salah satu penyuciannya dilaksanakan pada sepuluh malam terakhir.
”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab, ”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Komentar
Posting Komentar